Mengenal Jenis-Jenis Musik Asli Indonesia yang Kian Dilupakan
Bayangkan kamu sedang jalan-jalan ke daerah pedalaman Indonesia dan tiba-tiba mendengar alunan musik yang asing—unik, penuh warna, dan sarat makna. Rasanya seperti menemukan harta karun budaya yang tersembunyi. Itulah musik tradisional Indonesia: kaya, beragam, tapi sayangnya… mulai terlupakan.
Apa Itu Musik Tradisional?
Musik tradisional adalah musik lokal Indonesia yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat suatu daerah, diwariskan secara turun-temurun. Musik ini biasanya terikat pada nilai, adat, atau kegiatan tertentu seperti upacara, hiburan, hingga penyampaian nasihat leluhur.
Setiap daerah punya ciri khas sendiri, baik dari sisi alat musik, irama, hingga filosofi. Sayangnya, di era TikTok dan musik K-pop yang mendominasi tren global, musik seperti ini mulai kehilangan tempat di hati generasi muda Indonesia.
Musik Tradisional, Bukan Sekadar Hiburan
Bagi masyarakat adat, musik bukan cuma soal bunyi dan irama. Ia adalah identitas budaya. Misalnya, suku Dayak di Kalimantan memiliki musik Hudoq yang digunakan dalam ritual memohon kesuburan. Sementara masyarakat Batak memainkan Gondang Toba untuk berbagai kegiatan adat penting, dari pernikahan hingga pemakaman.
Saat musik ini ditinggalkan, bukan hanya alat musik atau bunyinya yang hilang, tapi juga warisan budaya Indonesia yang menyimpan nilai-nilai luhur nenek moyang.
Jenis-Jenis Musik Tradisional yang Mulai Terlupakan
Berikut ini beberapa contoh musik tradisional Indonesia yang semakin jarang dikenal, terutama di kalangan muda:
Hudoq (Kalimantan Timur)
Musik pengiring tarian topeng khas Dayak. Suaranya mistis dan sarat makna spiritual. Biasanya dimainkan saat festival panen atau upacara adat.
Gondang Toba (Sumatera Utara)
Musik ansambel suku Batak Toba. Terdiri dari gondang (gendang), suling, dan alat tiup lainnya. Kini mulai jarang dimainkan di luar konteks upacara formal.
Sasando (Nusa Tenggara Timur)
Alat musik petik berbentuk unik dari Pulau Rote. Suaranya lembut dan mengalun seperti perpaduan harpa dan kecapi. Pemain Sasando kini bisa dihitung dengan jari.
Selain ketiganya, ada juga musik seperti Karinding dari Sunda, Talempong dari Minangkabau, dan Gamelan Selunding dari Bali—semuanya mulai jarang disentuh oleh generasi muda.
Baca Juga: Inilah Alasan Mengapa Sistem Pendidikan di Indonesia Perlu Reformasi?
Kenapa Musik Ini Mulai Dilupakan?
Beberapa penyebab mengapa musik tradisional semakin terpinggirkan antara lain:
-Minim Dokumentasi
Banyak jenis musik tidak terekam dalam bentuk tulisan atau audio visual yang mudah diakses oleh pelajar atau penikmat musik umum.
-Kurangnya Regenerasi
Anak muda lebih akrab dengan gitar listrik atau aplikasi musik digital, ketimbang belajar memainkan rebab atau seruling bambu.
-Tergusur Musik Populer
Akses mudah ke music global membuat music tradisional kalan bersaing dalam hal eksprosur dan daya tarik.
Upaya Melestarikan Musik Tradisional
Jangan pesimis dulu. Musik tradisional masih bisa dihidupkan kembali jika kita melibatkan komunitas dan teknologi. Beberapa langkah berikut bisa jadi solusi nyata:
Inovasi Digital
Musisi muda mulai menggabungkan unsur gamelan dengan lo-fi beats, atau membuat aransemen EDM berbasis musik etnik.
Kolaborasi Lintas Genre
Lagu daerah bisa di-remix atau dipadukan dengan instrumen modern tanpa kehilangan unsur budaya aslinya. Ini membuatnya lebih relevan dan mudah diterima oleh audiens muda.
Peran Sekolah & Komunitas
Sekolah dan komunitas seni dapat menyelenggarakan festival budaya tahunan atau mengintegrasikan pelajaran musik daerah dalam kurikulum.
Contohnya, grup seperti KunoKini, atau musisi seperti Ubiet dan Dwiki Dharmawan, telah membuktikan bahwa musik tradisional bisa go international tanpa mengorbankan jati diri budaya.
Tradisi Tak Akan Punah Jika Kita Peduli
Musik tradisional bukan cuma urusan masa lalu. Ia adalah aset budaya yang bisa menjadi bagian dari masa kini dan masa depan. Dengan sedikit kreativitas dan banyak kepedulian, kita bisa ikut menjaga agar suara dari nenek moyang kita tidak benar-benar hilang.
Jadi, apakah kamu hanya ingin jadi penonton, atau ikut serta dalam pelestarian budaya Indonesia lewat musik?