Jadi Melek Teknologi: Kunci Bertahan di Dunia yang Terus Bergerak

Daftar Isi



Sempat tidak sih, ngerasa ketinggalan era hanya gara-gara tidak ketahui metode gunakan fitur baru di HP ataupun aplikasi pertemuan daring? Ataupun panik saat seluruh orang udah pakai AI buat kerja, tapi kita masih kebimbangan cari tombol "share screen"? Di masa serba digital ini, bukan perihal aneh jika kita merasa tertinggal.

Pergantian teknologi hari ini tidak main-main. Bukan lagi tahunan, tetapi dapat mingguan. Dari kemunculan AI generatif semacam ChatGPT, teknologi blockchain, hingga platform bimbingan digital yang kian canggih semua bergerak kilat Serta kita, baik itu pelajar, mahasiswa, ataupun guru, dituntut buat turut gercep (gerak cepat)

Masih banyak yang mengira kalau melek teknologi itu semata-mata dapat buka YouTube, main TikTok, ataupun ketahui metode buat akun medsos. Sementara itu itu baru permukaan. Yang lebih berarti merupakan kecakapan digital kemampuan menguasai memakai serta mengevaluasi teknologi secara bijak serta aktif.

Contohnya? Mengenali metode melindungi keamanan informasi individu mengidentifikasi data hoaks, ataupun paham gimana algoritma media sosial dapat mempengaruhi metode kita berpikir. Di sinilah literasi digital jadi kunci. Sebab jika cuma jadi pengguna pasif, kita hanya jadi “penumpang”, bukan pengendali.

Jangan salah, kebutuhan keahlian digital bukan hanya buat mereka yang kerja di bidang teknologi. Guru saat ini butuh menguasai Learning Management System (LMS), pelajar wajib terbiasa dengan aplikasi kerja sama serta mahasiswa dituntut buat sanggup studi daring dengan efektif Teknologi buat pembelajaran bukan lagi bonus, tetapi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Jika dahulu yang kerap dibahas merupakan gap generasi, saat ini kita mengalami gap digital. Serta ini bukan semata-mata soal umur Banyak anak muda juga belum pasti mempunyai budaya digital yang baik misalnya ketahui mana konten edukatif serta mana yang manipulatif.

Baca Juga : Apa Itu Teknologi Quantum dan Mengapa Penting?


Di dunia kerja, banyak profesi saat ini digantikan otomatisasi. Sedangkan itu, dunia pembelajaran juga berganti ekstrem Siswa yang tidak terbiasa memakai fitur digital berisiko tertinggal dalam pendidikan Yang lelet belajar, bisa-bisa lenyap dari peta persaingan.

1. Mulai dari perihal simpel Coba pelajari fitur baru di ponsel ataupun aplikasi kerja. Pakai perlengkapan digital yang dapat bantu produktivitas, bukan semata-mata hiburan.

2. Cari ketahui terus belajar. Ikuti pelatihan online, baca kabar teknologi ringan, ataupun gabung komunitas belajar. Kecakapan digital itu dapat dilatih, asal kita tidak berubah-ubah

3. Jangan khawatir salah. Seluruh orang sempat bimbang apalagi para pakar sekalipun. Yang berarti merupakan senantiasa terbuka terhadap pembaruan serta tidak malu buat bertanya.

Pembelajaran resmi memanglah berarti tetapi sokongan dari area pula tidak kalah berfungsi Guru yang ingin belajar teknologi, komunitas belajar daring, apalagi media sosial yang mendidik dapat mendesak literasi digital yang inklusif. Budaya digital yang sehat butuh dibentuk bersama, bukan sendiri-sendiri.

Teknologi hendak terus tumbuh serta kita tidak hendak sempat dapat benar-benar mengejar seluruhnya Tetapi bukan berarti kita wajib menyudahi Sepanjang kita ingin belajar, menyesuaikan diri itu dapat dicoba pelan-pelan. Melek teknologi bukan hanya soal relevansi, tetapi pula soal bertahan hidup di masa yang bergerak begitu kilat

Jadi, apakah kalian telah siap jadi bagian dari dunia digital, bukan semata-mata penontonnya?

Sevenstar Digital