Sekolah Rakyat: Solusi Pendidikan untuk Semua Tingkat Sosial
Apa Itu Sekolah Rakyat?
Sekolah Rakyat adalah bentuk pendidikan
non-formal yang berbasis komunitas. Program ini digagas sebagai respons
terhadap kesenjangan akses pendidikan, khususnya bagi masyarakat marginal: anak
jalanan, penyandang disabilitas, warga di pelosok, hingga keluarga miskin kota.
Berbeda dari sekolah pada umumnya, Sekolah
Rakyat tidak menuntut seragam, ijazah, atau kurikulum baku. Pendidikan ini
terdapat dari semangat gotong royong dan kepedulian sosial.
"Sekolah Rakyat adalah wujud nyata bahwa pendidikan bisa hadir di mana saja, oleh siapa saja, untuk siapa saja," ujar Menteri Sosial Tri Rismaharini.
Siapa yang Menjalankan?
Program ini dikelola oleh Kementerian Sosial, bekerja sama dengan berbagai unsur masyarakat seperti LSM, tokoh lokal, dan relawan. Mereka membentuk kelompok belajar yang menyatu dengan lingkungan sekitar. Contohnya di Sentra Terpadu Pangudi Luhur, Bekasi. Sekolah Rakyat di sini berjalan bersamaan dengan layaann rehabilitasi sosial. Anak-anak belajar membaca, berhitung, hingga keterampilan hidup seperti bertani atau membuat kerajinan tangan.
Apa Tujuannya?
Tujuan utama Sekolah Rakyat adalah memberdayakan
kelompok rentan melalui pendidikan. Fokusnya adalah inklusi sosial, peningkatan
kapasitas diri, serta membuka peluang agar setiap individu bisa berkembang
tanpa diskriminasi.
Sekolah ini menjadi jembatan menuju kehidupan
yang lebih baik. Anak-anak yang sebelumnya terputus dari sistem pendidikan,
kini bisa kembali belajar dalam suasana yang nyaman dan manusiawi.
Apa Bedanya dengan Sekolah Formal?
Banyak perbedaan mendasar. Sekolah Rakyat:
• Tidak memakai sistem ujian formal.
• Tidak mengharuskan gedung sekolah.
• Kurikulum disusun secara kontekstual dan
fleksibel.
• Tenaga pendidik berasal dari masyarakat
sekitar yang memiliki semangat berbagi.
Dengan pendekatan ini, peserta didik tidak hanya
mendapat ilmu akademik, tapi juga keterampilan yang relevan dengan kebutuhan
sehari-hari.
Dukungan Pemerintah dan Arah ke Depan
Pemerintah menyadari bahwa Sekolah Rakyat bukan
hanya solusi darurat. Kemensos kini tengah menyusun regulasi agar program ini
terintegrasi dalam sistem pembangunan nasional. Ini mencakup dukungan anggaran,
pelatihan fasilitator, serta monitoring program.
"Ke depan, Sekolah Rakyat harus jadi
sistem. Bukan lagi inisiatif satu-dua komunitas," kata Dirjen Rehabilitasi
Sosial, Pepen Nazaruddin.
Selain itu, pendaftaran relawan dibuka sepanjang
tahun, memungkinkan siapa saja yang peduli untuk ikut andil dalam gerakan ini.
Sekolah yang Membuka Pintu Harapan
Sekolah Rakyat adalah gambaran nyata bahwa pendidikan tak harus mahal atau formal. Ia hadir dari semangat berbagi, dengan pendekatan yang sederhana namun berdampak.Dengan semakin banyaknya komunitas belajar, akses pendidikan pun menjadi lebih merata. Karena sejatinya, belajar bukan hanya soal nilai dan rapor, tapi tentang bagaimana setiap manusia bisa tumbuh dan berkembang.
Pendidikan bukan milik segelintir orang. Sekolah
Rakyat membuktikan, bahwa belajar adalah hak setiap warga negara, di mana pun
mereka berada.