Circle Sosialita Elit Tapi Toxic? Ini Faktanya
Dunia sosialita sering digambarkan begitu sempurna seperti gaun desainer, pesta eksklusif, brunch fancy, hingga liburan ke luar negeri yang tampak effortless.
Tapi kenyataannya tak seindah itu. Di balik postingan Instagram yang terlihat bahagia, banyak yang justru menyimpan tekanan sosial luar biasa.
Tekanan ini datang dari circle pertemanan yang sering kali eksklusif, menuntut loyalitas tinggi, dan bahkan bisa menjadi toxic. Banyak yang merasa harus terus menjaga penampilan, gaya hidup, dan citra hanya demi tetap diterima di lingkungan tersebut.
Antara Kemewahan dan Tekanan Sosial
Tuntutan Hidup Mewah yang Melelahkan
Gaya hidup sosialita bukan hanya soal kemewahan, tapi juga soal konsistensi. Tampil “biasa aja” bisa langsung jadi bahan gunjingan. Kehidupan ini menuntut seseorang untuk selalu tampil maksimal, bahkan ketika sedang lelah atau tidak mampu secara finansial.
Tidak sedikit yang akhirnya mengalami stres berkepanjangan hanya karena merasa tidak cukup “wah” di mata lingkungannya.
Pengakuan Eks-Sosialita
Salah satu cerita datang dari mantan sosialita yang memilih meninggalkan circle-nya karena merasa selalu tertekan.
Drama dan Persaingan dalam Circle Elit
Persahabatan yang Dipenuhi Kompetisi
Circle sosialita elit sering kali membungkus persaingan dalam bentuk persahabatan. Di permukaan terlihat akrab, tapi di belakang penuh drama.
Persaingan tentang siapa yang paling hits, siapa yang paling fashionable, hingga siapa yang punya pasangan paling mapan jadi isu sehari-hari.
Fenomena Fake Friend dan Sindir di Medsos
Fake friend jadi fenomena yang lumrah. Saling sindir lewat story, unfollow diam-diam, hingga menyebar rumor lewat grup chat adalah hal yang sering terjadi. Bahkan ada beberapa kasus yang sempat viral karena saling serang di media sosial.
Toxic Relationship yang Tertutup Kemewahan
Loyalitas Buta dan Tekanan Mental
Salah satu ciri khas circle elit yang toxic adalah tuntutan loyalitas tanpa batas. Seseorang dituntut untuk selalu hadir, setia, dan mengikuti standar kelompok tanpa mempertimbangkan kenyamanan pribadi.
Beberapa bahkan mengalami gaslighting—dijadikan seolah-olah bersalah ketika ingin keluar dari kelompok atau memilih fokus pada kehidupan pribadi.
Dampaknya Terhadap Kesehatan Mental
Menurut keterangan seorang psikolog sosial, kondisi ini dapat menyebabkan gangguan kecemasan, overthinking, bahkan depresi ringan.
Mereka yang merasa tidak bisa memenuhi standar lingkungan akan merasa tidak layak, tertekan, dan kehilangan jati diri.
Apakah Semua Sosialita Kaya Sungguhan?
Tak semua sosialita benar-benar memiliki kekayaan seperti yang terlihat. Banyak yang hanya menampilkan gaya hidup mewah untuk mendapatkan pengakuan.
Beberapa bahkan rela mengambil cicilan hanya demi tampil “wah” di pesta-pesta elit. Fenomena ini dikenal dengan istilah fake luxury lifestyle—penampilan mewah yang tak sesuai realita finansial.
Waspadai Kilau yang Menipu
Kehidupan sosialita memang menggoda. Tapi jangan sampai terjebak dalam gemerlap yang penuh tekanan.
Lingkungan pertemanan yang sehat tidak menuntut penampilan luar, tapi mendukung pertumbuhan dan kenyamanan pribadi. Teman sejati tidak menilaimu dari merek bajumu, tapi dari ketulusanmu.
Jadi, sebelum kamu memutuskan untuk masuk ke circle tertentu, pastikan kamu tetap menjadi dirimu sendiri. Tampil menarik itu boleh, tapi jangan sampai kehilangan jati diri demi terlihat cocok di lingkungan yang sebenarnya tidak sehat.



