Dunia Sosialita: Antara Circle Elite dan FOMO
Di tengah gemerlap kota besar, dunia sosialita kerap tampak sebagai panggung glamor yang penuh pesona. Mulai dari pesta eksklusif, brunch di hotel bintang lima, hingga outfit branded dari ujung kepala sampai kaki.
Tapi di balik citra mengilap itu, muncul tekanan sosial yang tak kasat mata terutama yang datang dari FOMO alias Fear of Missing Out. FOMO mendorong banyak orang, khususnya generasi muda, untuk merasa harus “ada” dan “terlihat” dalam setiap momen sosial penting.
Hal ini menciptakan kebiasaan gaya hidup mengikuti circle elite demi eksistensi, bahkan ketika kenyamanan pribadi dan finansial jadi taruhan. Salah satu narasumber, Citra (bukan nama sebenarnya), mengaku pernah meminjam uang hanya agar bisa ikut liburan mewah bersama geng sosialitanya.
Circle Elite: Simbol Status atau Tekanan Sosial?
Apa Itu Circle Elite?
Circle elite merujuk pada kelompok pertemanan eksklusif yang dikenal karena gaya hidup mewah dan pengaruh sosial tinggi. Masuk ke dalamnya bukan hanya soal siapa kamu kenal, tapi juga seberapa “mewah” kamu bisa tampil.
Eksistensi vs Autentisitas
Psikolog sosial menyebut bahwa kebutuhan manusia untuk diterima dalam kelompok adalah hal alami. Namun, ketika hal ini berubah menjadi kewajiban untuk tampil sempurna demi pengakuan, muncul tekanan sosial yang bisa menggerus kesehatan mental.
“Kalau nggak ikut acara, takut dianggap nggak eksis. Padahal capek dan pengin istirahat,” ujar Rini, seorang pekerja kreatif yang beberapa kali merasa terpaksa ikut nongkrong demi menjaga posisi sosial.
Rasa Cemas yang Tak Terlihat
Di permukaan, semuanya terlihat bahagia. Tapi di balik layar, banyak yang merasa tertekan karena takut kehilangan tempat di circle elit tersebut. Perasaan "takut tertinggal" itu pun diam-diam mengikis kepercayaan diri dan kenyamanan dalam menjalani kehidupan pribadi.
FOMO dan Dampaknya pada Gaya Hidup
Media Sosial: Mesin Penggiring FOMO
Instagram, TikTok, hingga Threads kini jadi arena unjuk gaya hidup elite. Momen seperti brunch di Seminyak, nonton konser artis internasional, atau belanja di butik ternama, diposting seolah menjadi standar sosial baru.
Rela Berutang demi Eksistensi
Tak sedikit yang nekat merogoh tabungan, bahkan berutang, hanya agar tetap bisa tampil di level yang sama dengan circle-nya. Ini jadi jebakan sosial yang mengarah pada gaya hidup konsumtif dan tidak berkelanjutan.
FOMO = Tekanan Kolektif
Menurut ahli perilaku digital, FOMO kini lebih dari sekadar istilah gaul. Ini sudah menjadi tekanan kolektif yang memengaruhi keputusan finansial, sosial, bahkan mental seseorang dan tanpa disadari.
Realita Finansial di Balik Gaya Hidup Mewah
Cerita Nyata di Balik Feed Instagram
Dalam wawancara, salah satu mantan sosialita mengaku pernah berada dalam utang belasan juta hanya karena ingin selalu tampil dengan barang bermerek. Kini ia memilih gaya hidup minimalis dan sadar bahwa kebahagiaan bukan berasal dari validasi online.
Ketimpangan Gaya dan Penghasilan
Banyak anak muda yang gajinya belum cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, tapi tetap memaksakan gaya hidup ala sosialita. Ketidaksesuaian ini menciptakan ketegangan batin dan tekanan finansial jangka panjang.
Jebakan Gaya Hidup Konsumtif
Gaya hidup mewah yang dipaksakan tanpa perencanaan keuangan adalah pintu masuk menuju ketidakstabilan finansial. Ini bukan hanya berisiko bagi dompet, tapi juga kestabilan emosional.
Bijak Memilih Lingkaran Sosial
Otentik Itu Menarik
Alih-alih mengejar eksistensi dalam circle elite, kini mulai banyak yang berani memilih circle yang mendukung pertumbuhan personal dan profesional. Authentic friendship > aesthetic friendship.
Tips dari Konsultan Gaya Hidup
-
Kenali batas kemampuan finansial pribadi.
-
Tampil kece tidak harus mahal: mix and match bisa jadi senjata.
-
Kurasi circle yang mendukung, bukan menguras.
Gaya Hidup yang Bernilai vs Gaya Hidup karena Gengsi
Gaya hidup yang sadar nilai berangkat dari kebutuhan sejati. Sedangkan gaya hidup karena gengsi hanya mengikuti standar sosial tanpa mempertimbangkan kenyamanan dan makna.
Dunia sosialita memang mengilap dan menggoda. Tapi di balik pesta dan postingan glamor, seringkali tersimpan rasa cemas, beban finansial, dan tekanan tak terlihat.
FOMO bukan sekadar rasa takut ketinggalan, tapi bisa jadi racun halus yang menggerogoti kebahagiaan sejati.
Pilih circle yang sehat, hargai diri apa adanya, dan jangan biarkan gaya hidup elite mencuri kenyamanan serta keaslian hidupmu. Sebab yang mewah belum tentu nyaman, dan yang nyaman belum tentu harus selalu mewah.



