Gentle Parenting Menurut Dhannisa Cho, Lebih dari Sekadar Bicara Lembut
Dalam
beberapa tahun terakhir, gentle parenting semakin menjadi sorotan di kalangan
orang tua muda. Banyak yang mengira metode ini hanya soal berbicara lembut
kepada anak. Padahal, menurut Dhannisa Cho dalam podcast Curhat Babu,
gentle parenting jauh lebih luas: ini adalah pendekatan pengasuhan yang
menekankan empati, validasi emosi anak, dan kedekatan emosional yang konsisten
antara orang tua dan anak.
Gentle
parenting bukan sekadar teori, melainkan praktik sehari-hari yang mengajarkan
komunikasi sehat, batasan yang konsisten, dan pengasuhan yang penuh kasih.
Filosofi ini selaras dengan prinsip parenting positif, termasuk strategi
menghadapi anak picky eater, menekankan self-compassion orang tua, dan
menghentikan rasa bersalah saat mendidik anak.
Apa Itu Gentle Parenting?
Gentle
parenting adalah pendekatan pengasuhan positif yang memadukan empati,
komunikasi efektif, dan batasan yang sehat. Dhannisa Cho menekankan bahwa
gentle parenting tidak berarti menuruti semua keinginan anak, melainkan
mendidik mereka dengan kasih sayang sambil tetap menegakkan aturan.
Dalam praktiknya, orang tua mengakui perasaan anak, memberikan ruang untuk berekspresi, dan membimbing mereka dengan lembut. Hal ini berbeda dengan parenting permisif yang tidak memberikan batasan sama sekali. Gentle parenting menyeimbangkan kelembutan dan ketegasan, memungkinkan anak merasa didengar sekaligus belajar tentang konsekuensi.
Perbedaan Gentle Parenting dan
Permissive Parenting
Kesalahpahaman
umum adalah menganggap gentle parenting sama dengan permisif. Dhannisa
menekankan perbedaannya:
- Gentle Parenting: Melibatkan empati, validasi
emosi anak, dan batasan yang jelas. Orang tua tetap tegas namun penuh
kasih.
- Permissive Parenting: Orang tua cenderung membiarkan
anak bertindak tanpa batasan, sehingga anak mungkin tidak belajar tanggung
jawab.
Keseimbangan antara lembut dan tegas membuat anak merasa aman, dihargai, dan tetap memahami aturan. Pendekatan ini juga meningkatkan kemampuan sosial, empati, dan keterampilan manajemen emosi anak.
Komunikasi Orang Tua dan Anak: Fondasi
Utama
Dalam
gentle parenting, komunikasi menjadi inti. Dhannisa menekankan mendengarkan
anak secara aktif, mengakui emosi mereka, dan memberikan respon yang sesuai
tanpa memarahi.
Contoh:
ketika anak menangis karena tidak mendapatkan mainan, orang tua bisa berkata:
"Mama
tahu kamu kesal karena mainan itu tidak bisa kita beli sekarang. Rasanya pasti
sedih ya. Tapi kita bisa main hal lain yang menyenangkan."
Kalimat ini memvalidasi emosi anak sekaligus menegakkan batasan dengan jelas, sehingga anak belajar mengekspresikan perasaan dan menerima aturan.
Being Gentle dengan Diri Sendiri:
Filosofi Self-Compassion
Dhannisa
juga menekankan pentingnya self-compassion. Orang tua yang mudah
merasa bersalah cenderung lebih cepat kehilangan kesabaran saat
menghadapi anak. Dengan belajar gentle pada diri sendiri, orang tua dapat
menjadi lebih sabar, tenang, dan konsisten.
Self-compassion membantu orang tua menerima ketidaksempurnaan mereka, sehingga bisa membimbing anak dengan cara yang lebih positif. Anak-anak pun akan merasakan suasana rumah yang lebih hangat dan mendukung, mempermudah penerapan gentle parenting sehari-hari.
Tantangan Gentle Parenting di
Kehidupan Nyata
Menerapkan
gentle parenting tentu bukan tanpa tantangan. Beberapa kendala yang sering
dihadapi orang tua meliputi:
- Konsistensi: Kembali ke pola lama saat
stres atau lelah.
- Lingkungan: Tekanan dari keluarga atau
teman yang lebih mendorong pola asuh otoriter.
- Waktu dan Tenaga: Membutuhkan kesabaran ekstra,
terutama saat menghadapi perilaku sulit anak.
Meski demikian, keuntungan jangka panjang gentle parenting sangat besar: anak tumbuh dengan empati, percaya diri, dan keterampilan sosial yang kuat.
Contoh Nyata: Anak Picky Eater
Dhannisa
membagikan pengalaman anaknya yang picky eater. Alih-alih memaksa makan, ia
melibatkan anak dalam proses memasak.
- Anak ikut menyiapkan bahan.
- Anak belajar mencampur dan
menghias makanan.
- Anak lebih tertarik mencoba
hasil masakannya sendiri.
Metode ini
sejalan dengan pendekatan gentle parenting yang menekankan pembelajaran melalui
pengalaman langsung, sekaligus memberi anak rasa memiliki terhadap aktivitas
yang dijalani. Strategi sederhana ini mengajarkan anak menghargai makanan dan
membuat pilihan dengan lebih sadar.
Manfaat Gentle Parenting untuk Anak
dan Orang Tua
Untuk Anak:
- Mengelola Emosi: Anak belajar mengenali dan
mengekspresikan perasaan dengan tepat.
- Percaya Diri: Lingkungan penuh kasih
membantu anak merasa aman dan dihargai.
- Hubungan Sosial Sehat: Anak lebih mampu membangun
hubungan positif dengan teman sebaya.
Untuk Orang Tua:
- Mengurangi Rasa Bersalah: Dengan self-compassion,
orang tua lebih santai dalam menghadapi kesalahan.
- Kesadaran Emosi: Orang tua lebih reflektif
dalam merespons perilaku anak.
- Kehangatan Keluarga: Hubungan antara orang tua dan
anak menjadi lebih erat dan harmonis.
Gentle parenting bukan sekadar berbicara lembut. Ini adalah praktik pengasuhan yang mengintegrasikan empati, validasi, komunikasi sehat, dan self-compassion. Dhannisa Cho menekankan bahwa orang tua perlu belajar gentle pada diri sendiri agar bisa konsisten dalam mendidik anak dengan kasih dan batasan yang jelas.
Strategi Praktis Gentle Parenting Ala
Dhannisa Cho
- Integrasi Bermain Edukatif: Gunakan aktivitas sehari-hari
sebagai media belajar, misalnya memasak, bermain peran, atau eksperimen
sederhana.
- Menghargai Minat Anak: Biarkan anak mengeksplorasi
hobi dan aktivitas yang disukai.
- Konsistensi dan Batasan: Tetapkan aturan dengan lembut
namun tegas, agar anak belajar konsekuensi tanpa rasa takut.
- Being Gentle dengan Diri
Sendiri: Orang
tua perlu self-compassion untuk menjaga kesabaran dan konsistensi.
- Komunikasi Positif: Selalu validasi emosi anak,
dengarkan, dan beri respon yang membangun.
Strategi ini sejalan dengan pendekatan gentle parenting yang menekankan kasih sayang, empati, dan self-compassion bagi orang tua, sekaligus mendorong praktik pengasuhan yang lebih tenang dan sadar dalam kehidupan sehari-hari.
Gentle
parenting, menurut Dhannisa Cho, lebih dari sekadar berbicara lembut. Ini
adalah filosofi pengasuhan yang menekankan empati, komunikasi sehat, validasi
emosi anak, konsistensi, dan self-compassion orang tua.
Metode ini
menuntut kesabaran, konsistensi, dan ketekunan, tetapi hasilnya sangat
berharga: anak tumbuh percaya diri, empatik, dan memiliki keterampilan sosial
yang baik. Orang tua juga belajar lebih santai, tidak mudah merasa bersalah, dan mampu menghadirkan lingkungan keluarga yang hangat dan mendukung.
Gentle parenting bukan tentang kesempurnaan, tapi tentang hubungan penuh kasih dan kesadaran dalam mendidik anak dengan hati.