Bolehkah Orang yang Berhaji Puasa Arafah? Ini Penjelasannya
Puasa Arafah adalah ibadah sunnah yang dilakukan pada
tanggal 9 Dzulhijjah, sehari sebelum Hari Raya Idul Adha. Puasa ini
sangat dianjurkan bagi kaum Muslimin yang tidak sedang berhaji karena memiliki
nilai spiritual yang tinggi, salah satunya adalah penghapusan dosa-dosa.
Puasa Arafah menjadi momen penuh keberkahan yang diyakini
dapat menggugurkan dosa-dosa kecil selama dua tahun, yaitu tahun sebelumnya dan
tahun yang akan datang. Maka dari itu, banyak umat Islam yang memanfaatkannya
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Namun, muncul pertanyaan penting: bagaimana hukum puasa
ini bagi orang yang sedang melaksanakan ibadah haji, khususnya pada hari wukuf
di Arafah?
Hukum Puasa Arafah Bagi Jamaah Haji
Bagi jamaah haji, khususnya yang sedang melaksanakan wukuf
di Padang Arafah, hukum berpuasa pada hari tersebut tidak dianjurkan
(makruh). Hal ini berlandaskan pada praktik Nabi Muhammad SAW saat
menunaikan haji. Beliau tidak berpuasa saat berada di Arafah, dan
tindakan ini menjadi petunjuk bagi umatnya.
Salah satu riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah SAW sempat
ditanya oleh para sahabat apakah beliau berpuasa di hari Arafah. Kemudian,
beliau diberi minuman dan meminumnya di depan banyak orang sebagai isyarat
bahwa beliau tidak sedang berpuasa saat wukuf.
Alasan Tidak Disunnahkannya Puasa Arafah Bagi Jamaah Haji
Beberapa alasan syar’i dan logis mengapa jamaah haji
sebaiknya tidak menjalankan puasa Arafah antara lain:
Fokus Ibadah Wukuf
Wukuf di Arafah adalah rukun haji yang paling utama. Agar dapat
dijalani dengan khusyuk dan khidmat, fisik harus dijaga dalam kondisi prima.
Jika seseorang berpuasa, ada risiko kelelahan atau dehidrasi yang bisa
mengurangi kualitas ibadah.
Meneladani Rasulullah SAW
Rasulullah sendiri tidak melaksanakan puasa pada saat wukuf.
Mencontoh beliau dalam praktik ibadah, terutama yang berkaitan dengan haji,
termasuk bagian dari sunnah yang lebih utama.
Maksimalkan Doa dan Dzikir
Hari Arafah merupakan waktu mustajab untuk berdoa. Dalam keadaan
tidak berpuasa, jamaah bisa lebih leluasa dalam berdzikir dan memanjatkan doa
tanpa hambatan fisik seperti rasa lapar atau haus.
Baca Juga : Bolehkah Gabungkan Puasa Sunnah dan Qadha? Ini Penjelasannya!
Bagaimana Jika Jamaah Haji Tetap Ingin Berpuasa?
Secara hukum, puasa Arafah tidak dilarang secara mutlak
bagi jamaah haji. Namun, apabila puasa tersebut berdampak pada kesehatan atau
menyebabkan tubuh menjadi lemah, maka lebih baik tidak dilaksanakan.
Dalam hal ini, meninggalkan puasa bukan berarti mengurangi pahala ibadah,
justru bisa menjadi pilihan yang lebih baik agar ibadah wukuf dapat dijalankan
secara optimal.
Ulama dari berbagai mazhab fiqih juga sepakat bahwa menjaga
stamina pada hari Arafah bagi jamaah haji merupakan prioritas utama.
Anjuran Puasa Arafah bagi yang Tidak Berhaji
Berbeda halnya dengan umat Islam yang berada di luar Tanah
Suci, puasa Arafah tetap sangat dianjurkan. Ini merupakan bentuk ibadah sunnah
yang mengandung keutamaan besar. Selain mendatangkan pahala, puasa ini menjadi
sarana penyucian jiwa dan sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT menjelang
Hari Raya Qurban.
Puasa Arafah adalah amalan sunnah yang memiliki keutamaan
luar biasa, namun tidak disarankan untuk dijalankan oleh jamaah haji
saat wukuf di Padang Arafah. Alasannya adalah agar jamaah dapat fokus dan kuat
secara fisik dalam menjalani ibadah yang sangat penting tersebut.
Bagi umat Muslim yang tidak berhaji, puasa ini sangat
dianjurkan sebagai bagian dari upaya meraih ampunan dan ridha Allah. Sesuaikan
ibadah dengan kondisi diri dan situasi, karena inti dari semua ibadah adalah
keikhlasan dan kemampuan menjalaninya secara optimal.