Kebijakan Ekonomi Pemerintah 2025 Perlindungan Rakyat dan Stabilitas Nasional
Di Tengah Krisis Global, Indonesia
Menyusun Ulang Strategi Ekonomi. Memasuki tahun 2025, dinamika ekonomi dunia
belum menunjukkan stabilitas. Gejolak geopolitik, tekanan inflasi, dan
perlambatan perdagangan internasional masih menghantui banyak negara.
Indonesia pun tidak tinggal diam.
Pemerintah merespons kondisi ini dengan pendekatan kebijakan yang lebih
fleksibel dan berorientasi jangka panjang, bukan sekadar reaktif.
Strategi ekonomi Indonesia
tahun ini menargetkan tiga pilar utama: menjaga kestabilan ekonomi, melindungi
warga rentan, dan memperkuat sektor riil.
Arah Kebijakan Ekonomi: Menguatkan Rakyat, Memperkuat Fondasi Ekonomi
Perlindungan Sosial dan Daya Beli Jadi Fokus Utama
Pemerintah memperkuat sistem perlindungan sosial dengan mengintegrasikan data ke dalam Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Next Generation (SIKS-NG). Tujuannya: penyaluran bantuan sosial seperti BLT, subsidi energi, dan bantuan pangan bisa lebih tepat sasaran dan terasa dampaknya di masyarakat, khususnya untuk kelompok berpenghasilan rendah dan pekerja informal.
Mulai 5 Juni 2025, subsidi listrik
untuk rumah tangga bertambah sebesar 15 persen, menyasar lebih dari 24 juta penerima
manfaat. Tak hanya itu, tarif penerbangan menuju daerah terpencil dan destinasi
wisata utama juga diturunkan. Menurut Dirjen Ketenagalistrikan Jisman Hutajulu,
“Ini bukan sekadar kebijakan teknis, tapi representasi keberpihakan negara pada
masyarakatnya.”
UMKM & Sektor Produktif: Tulang Punggung Ekonomi Dalam Negeri
Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) yang menyerap lebih dari 97% tenaga kerja nasional mendapat
perhatian besar. Pemerintah mengucurkan insentif seperti penurunan tarif PPh final
dan relaksasi Kredit Usaha Rakyat (KUR). Tujuannya adalah mendorong daya saing
usaha kecil dan memperkuat ekonomi digital yang sedang bertumbuh.
Menteri Keuangan Sri Mulyani
mengingatkan bahwa “Pertumbuhan ekonomi tak cukup dilihat dari angka makro. Yang
lebih penting adalah seberapa jauh rumah tangga masih mampu produktif dan tidak
tergelincir dalam kerentanan.”
Baca Juga : 6 Program Stimulus Ekonomi Resmi Diluncurkan Pemerintah, Cek Syarat dan Jadwalnya
Tantangan Global, Jawaban Strategis
Menghadapi Gejolak Nilai Tukar dan Harga Komoditas
Untuk merespons kemungkinan
fluktuasi nilai tukar dan gejolak harga komoditas dunia, pemerintah bersinergi
dengan Bank Indonesia melalui kebijakan moneter yang lebih responsif. Suku
bunga dijaga pada level yang mendukung stabilitas rupiah dan mempertahankan
likuiditas domestik.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan
di kisaran 5,1%–5,3%, sedikit meningkat dari tahun sebelumnya. Namun demikian,
pertumbuhan ini dinilai lebih berkualitas dan inklusif berkat fokus pada
penguatan sektor-sektor domestik.
Kunci Kebijakan: Integrasi Data dan Regulasi Lintas Lembaga
Pemerintah kini memprioritaskan
koordinasi antarinstansi baik di tingkat pusat maupun daerah untuk menyatukan
regulasi dan memperkuat sistem data yang saling terkoneksi. Ini penting agar
kebijakan yang diambil benar-benar berbasis pada data empiris dan menjawab
kebutuhan lapangan. Intervensi ekonomi akan terus bersifat tambal sulam. Kita
butuh perencanaan jangka menengah yang memperhatikan dimensi keberlanjutan
sosial.”
Harapan dalam Kebijakan yang Tanggap dan Berkeadilan
Rangkaian kebijakan ekonomi 2025 mencerminkan
komitmen pemerintah dalam merespons tantangan global yang serba tidak pasti.
Lewat strategi penguatan perlindungan sosial, penggerak sektor riil, dan
stabilitas makro, pemerintah ingin membangun optimisme sekaligus ketahanan yang
berkelanjutan.
Bagi masyarakat luas, semua ini bukan sekadar angka dan target. Ini adalah bukti kehadiran negara dalam bentuk kebijakan yang berpihak, berbasis data, dan mengutamakan masa depan.